Jumat, 20 April 2012

Infeksi Menular Seksual (chancroid)


CHANCROID
 A.    Defenisi
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial dan klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual.
Pria yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali dibanding pria yang disunat untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi faktor risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).

B.    Etiologi
Chancroid disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus), anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) da 0,2 μm (lebar). Basil seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus) pada pewarnaan Gram.
(buku kulit merah, habif, adrew, Rook, Holmes, Filtzpatrick, Bolognia, ABC of STD, pediatric dermatology, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series, Bolognia, pediatric dermatology, tropical dermatology, Tropical dermatopathology)

C.   Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari. Borok yang khas memiliki karakteristik:
·           Rentang ukuran 3-50 mm
·           Luka lebih dari satu minggu (multiple) yang sangat nyeri, tanda radang jelas
·           Benjolan dilipatan paha sangat sakit dan mudah pecah
·           terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas
·           ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan
·           jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.

D.   Komplikasi
1.   Mixed chancre
Ulkus molle dan sifilis stadium I. Awalnya lesinya khas ulkus molle, setelah 15 – 20 hari bermanifestasi sebagai lesi campuran.
2.   Abses kelenjar inguinal
·         Ini juga disebut inflammatory bubo, merupakan komplikasi terbanyak.
·         Kelenjar getah bening membesar, warna kulit di atasnya kemerahan dan berfluktuasi. Bila abses kelenjar inguinal tidak diobati secara adekuat, abses akan pecah dan menimbulkan sinus yang meluas menjadi ulkus dan disebut ulserasi chancroid. Ulkus ini kemudian akan membesar yang disebut giant chancroid.
3.   Balanitis, fimosis dan parafimosis
·         Merupakan komplikasi yang serius. Terutama terjadi pada individu yang tidak disirkumsisi. Komplikasi ini  terjadi akibat ulkus molle yang mengenai prepusium.
·         Prepusium menjadi bengkak, merah, edematous, dan sangat nyeri.
4.   Fistula uretra
Kelainan ini terjadi akibat ulkus molle yang berlokasi pada glans penis dan bersifat destruktif. Kelainan ini menimbulkan rasa nyeri pada buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapat terjadi striktura uretra.
5.   Fuso spirokhetosis
Kelainan ini terjadi akibat infeksi mikroorganisme lain, sehinggaØ mengakibatkan ulkus cepat menjadi parah & bersifat destruktif. Ini disebut phagedena. Di samping itu, lesi terjadi bersama dengan limfogranuloma venereum maupun granuloma inguinale.

E.  Diagnosis/skrining
Diagnosa biasanya dibuat sebagai kemungkinan diagnosis karena identifikasi terhadap haemophilus ducrey mempunyai sensivitas buruk yang menggunakan media kultur yang saat ini tersedia. Diagnosis kemungkinan dibuat bila kriteria berikut terpenuhi
·         Individu mempunyai 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
·         Tidak ada bukti infeksi treponema pollidium yang menggunakan pemeriksaan lapang gelap atau uji serologik untuk sifilis.
·         Limfadenopati regional ada ketika uji diagnostik untuk herpes simpleks negatif.

F.   Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis chancroid adalah :
·           Pemeriksaan gram (Gram stain). Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat diperoleh dari dasar ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan  basil gram negatif, pendek, berantai, yang disebut dengan tampilan “school of fish”, namun, H. ducreyi sulit dilihat pada apusan gram dan spesimennya sering mengalami kontaminasi polimikrobial. Sensitivitas metode ini < 50%.
·           Metode kultur. Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak dapat dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media khusus yakni media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate agar atau  Mueller-Hinton agar dibagian dasar, kemudian dibagian atasnya ditambah dengan chocolate horse blood and isovitale X (MH-HBC). Selain itu, pada media ini ditambahkan vancomycin hydrochlorida untuk menghambat pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri kontaminan. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu 33 oC – 35 oC dengan kelembaban tinggi. Koloni-koloninya berwarna kuning keabu-abuan dan nonmukoid. Sensitivitas metode kultur adalah < 80 %.
·           PCR. Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain reaction) yang melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap merupakan tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal dan tidak tersedia secara komersil.
·           Antigen detection assay (Immunofluorescence)
a.    Deteksi antibodi monoklonal (MAb) terhadap outer membrane protein (OMP) 29 kDa dari H. ducreyi. Metode ini sederhana, cepat, dan sensitif tapi tidak kurang tersedia pada negara-negara berkembang.
b.    Indirect IF, dengan menggunakan MAb terhadap lipooligosakarida (LOS) H. ducreyi, dan lebih superior dari kultur bakteri. Ini merupakan metode yang baik yang digunakan pada populasi dengan prevalensi chancroid yang tinggi.
·         Tes serologis
a.    Enzyme immuno assay (EIA) : Dengan menggunakan seluruh antigen sel, LOS yang telah dimurnikan atau OMP H. ducreyi sebagai antigen.
b.    DOT Immunoblot
c.    Compliment fixation test
·         Biopsi jaringan
Biposi jaringan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis mungkin membantu dalam mendiagnosis ulkus-ulkus atipik atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Pada pemeriksaan histolopatologis pada ulkus menunjukkan tampilan 3 zona yang berbeda :
a.    Zona A : Atau daerah superfisial pada dasar ulkus, merupakan suatu zona sempit yang mengandung jaringan nekrotik, fibrin, dan neutrofil.
b.    Zona B : Atau daerah tengah, merupakan zona luas yang mengandung banyak kapiler yang berproliferasi, sel-sel plasma, dan neutrofil, beberapa pembuluh darah ini mungkin menunjukkan trombi.
c.    Zona C : Atau daerah sebelah dalam, terdiri dari pita padat yang meruipakan sel-sel plasma dan limfosit.
(buku kulit merah, Tropical dermatology, Andrew, Pediatric dermatology, clinical dermatology, ABC of STD, Habif, Bolognia, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series).
G.   Diagnosis Banding
·           Herpes simpleks
·           Sifilis primer atau Ulkus durum
·           Limfogranuloma venereum
·           Granuloma inguinale

H.  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dikomunitas pengobatan yang dianjurkan untuk chancroid adalah aritromizin (1 g PO dalam dosis tunggal), meskipun keamanan obat belum ditetapkan pada kehamilan, sebagai gantinya ceftriaxone (250 mg IM dalam dosis tunggal) dapat digunakan. Pasien harus diperiksa 3 – 7 hari setelah pengobatan bila pengobatan berhasil harus ada tanda yang nyata.
Penatalaksanaan rujukan :  Tidak ada indikasi penatalaksanaan rujukan kesumber lain.
          Implikasi pada janin : efek penyakit pada janin tidak jelas
      Implikasi pada persalinan dan kelahiran : kecurigaan lesi yang teridentifikasi pada persalinan dan kelahiran tanpa pengobatan mungkin merupakan infeksi. Konsultasi dengan dokter yang terampil dalam penatalaksanaan penyakit infeksi dapat di indikasikan dan pengobatan antibiotik dapat diresepkan.
      Implikasi pada perawatan pasca partum dan neonatus : bila tidak diobati sebelumnya ibu harus di obati pada periode pasca partum.

I.  Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan tidak ditemukan infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna. Kontak seksual sebaiknya diperiksa dan diterapi. Tetapi tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal kadang – kadang dilaporkan menetap.



J.     Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar