Jumat, 20 April 2012

Infeksi Menular Seksual (chancroid)


CHANCROID
 A.    Defenisi
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial dan klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual.
Pria yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali dibanding pria yang disunat untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi faktor risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).

B.    Etiologi
Chancroid disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus), anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) da 0,2 μm (lebar). Basil seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus) pada pewarnaan Gram.
(buku kulit merah, habif, adrew, Rook, Holmes, Filtzpatrick, Bolognia, ABC of STD, pediatric dermatology, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series, Bolognia, pediatric dermatology, tropical dermatology, Tropical dermatopathology)

C.   Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari. Borok yang khas memiliki karakteristik:
·           Rentang ukuran 3-50 mm
·           Luka lebih dari satu minggu (multiple) yang sangat nyeri, tanda radang jelas
·           Benjolan dilipatan paha sangat sakit dan mudah pecah
·           terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas
·           ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan
·           jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.

D.   Komplikasi
1.   Mixed chancre
Ulkus molle dan sifilis stadium I. Awalnya lesinya khas ulkus molle, setelah 15 – 20 hari bermanifestasi sebagai lesi campuran.
2.   Abses kelenjar inguinal
·         Ini juga disebut inflammatory bubo, merupakan komplikasi terbanyak.
·         Kelenjar getah bening membesar, warna kulit di atasnya kemerahan dan berfluktuasi. Bila abses kelenjar inguinal tidak diobati secara adekuat, abses akan pecah dan menimbulkan sinus yang meluas menjadi ulkus dan disebut ulserasi chancroid. Ulkus ini kemudian akan membesar yang disebut giant chancroid.
3.   Balanitis, fimosis dan parafimosis
·         Merupakan komplikasi yang serius. Terutama terjadi pada individu yang tidak disirkumsisi. Komplikasi ini  terjadi akibat ulkus molle yang mengenai prepusium.
·         Prepusium menjadi bengkak, merah, edematous, dan sangat nyeri.
4.   Fistula uretra
Kelainan ini terjadi akibat ulkus molle yang berlokasi pada glans penis dan bersifat destruktif. Kelainan ini menimbulkan rasa nyeri pada buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapat terjadi striktura uretra.
5.   Fuso spirokhetosis
Kelainan ini terjadi akibat infeksi mikroorganisme lain, sehinggaØ mengakibatkan ulkus cepat menjadi parah & bersifat destruktif. Ini disebut phagedena. Di samping itu, lesi terjadi bersama dengan limfogranuloma venereum maupun granuloma inguinale.

E.  Diagnosis/skrining
Diagnosa biasanya dibuat sebagai kemungkinan diagnosis karena identifikasi terhadap haemophilus ducrey mempunyai sensivitas buruk yang menggunakan media kultur yang saat ini tersedia. Diagnosis kemungkinan dibuat bila kriteria berikut terpenuhi
·         Individu mempunyai 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
·         Tidak ada bukti infeksi treponema pollidium yang menggunakan pemeriksaan lapang gelap atau uji serologik untuk sifilis.
·         Limfadenopati regional ada ketika uji diagnostik untuk herpes simpleks negatif.

F.   Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis chancroid adalah :
·           Pemeriksaan gram (Gram stain). Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat diperoleh dari dasar ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan  basil gram negatif, pendek, berantai, yang disebut dengan tampilan “school of fish”, namun, H. ducreyi sulit dilihat pada apusan gram dan spesimennya sering mengalami kontaminasi polimikrobial. Sensitivitas metode ini < 50%.
·           Metode kultur. Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak dapat dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media khusus yakni media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate agar atau  Mueller-Hinton agar dibagian dasar, kemudian dibagian atasnya ditambah dengan chocolate horse blood and isovitale X (MH-HBC). Selain itu, pada media ini ditambahkan vancomycin hydrochlorida untuk menghambat pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri kontaminan. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu 33 oC – 35 oC dengan kelembaban tinggi. Koloni-koloninya berwarna kuning keabu-abuan dan nonmukoid. Sensitivitas metode kultur adalah < 80 %.
·           PCR. Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain reaction) yang melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap merupakan tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal dan tidak tersedia secara komersil.
·           Antigen detection assay (Immunofluorescence)
a.    Deteksi antibodi monoklonal (MAb) terhadap outer membrane protein (OMP) 29 kDa dari H. ducreyi. Metode ini sederhana, cepat, dan sensitif tapi tidak kurang tersedia pada negara-negara berkembang.
b.    Indirect IF, dengan menggunakan MAb terhadap lipooligosakarida (LOS) H. ducreyi, dan lebih superior dari kultur bakteri. Ini merupakan metode yang baik yang digunakan pada populasi dengan prevalensi chancroid yang tinggi.
·         Tes serologis
a.    Enzyme immuno assay (EIA) : Dengan menggunakan seluruh antigen sel, LOS yang telah dimurnikan atau OMP H. ducreyi sebagai antigen.
b.    DOT Immunoblot
c.    Compliment fixation test
·         Biopsi jaringan
Biposi jaringan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis mungkin membantu dalam mendiagnosis ulkus-ulkus atipik atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Pada pemeriksaan histolopatologis pada ulkus menunjukkan tampilan 3 zona yang berbeda :
a.    Zona A : Atau daerah superfisial pada dasar ulkus, merupakan suatu zona sempit yang mengandung jaringan nekrotik, fibrin, dan neutrofil.
b.    Zona B : Atau daerah tengah, merupakan zona luas yang mengandung banyak kapiler yang berproliferasi, sel-sel plasma, dan neutrofil, beberapa pembuluh darah ini mungkin menunjukkan trombi.
c.    Zona C : Atau daerah sebelah dalam, terdiri dari pita padat yang meruipakan sel-sel plasma dan limfosit.
(buku kulit merah, Tropical dermatology, Andrew, Pediatric dermatology, clinical dermatology, ABC of STD, Habif, Bolognia, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series).
G.   Diagnosis Banding
·           Herpes simpleks
·           Sifilis primer atau Ulkus durum
·           Limfogranuloma venereum
·           Granuloma inguinale

H.  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dikomunitas pengobatan yang dianjurkan untuk chancroid adalah aritromizin (1 g PO dalam dosis tunggal), meskipun keamanan obat belum ditetapkan pada kehamilan, sebagai gantinya ceftriaxone (250 mg IM dalam dosis tunggal) dapat digunakan. Pasien harus diperiksa 3 – 7 hari setelah pengobatan bila pengobatan berhasil harus ada tanda yang nyata.
Penatalaksanaan rujukan :  Tidak ada indikasi penatalaksanaan rujukan kesumber lain.
          Implikasi pada janin : efek penyakit pada janin tidak jelas
      Implikasi pada persalinan dan kelahiran : kecurigaan lesi yang teridentifikasi pada persalinan dan kelahiran tanpa pengobatan mungkin merupakan infeksi. Konsultasi dengan dokter yang terampil dalam penatalaksanaan penyakit infeksi dapat di indikasikan dan pengobatan antibiotik dapat diresepkan.
      Implikasi pada perawatan pasca partum dan neonatus : bila tidak diobati sebelumnya ibu harus di obati pada periode pasca partum.

I.  Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan tidak ditemukan infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna. Kontak seksual sebaiknya diperiksa dan diterapi. Tetapi tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal kadang – kadang dilaporkan menetap.



J.     Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.


Selasa, 10 April 2012

Makalah ADnexitis


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan.Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual.Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga.Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar.Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis.
Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.
A.  Tujuan penulisan
1.    Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini, adalah untuk mengetahui hal-hal mengenai penyakit adnexitis.
2.    Tujuan khusus
a.    Untuk mengetahui pengertian adneksitis.
b.    Untuk mengetahui tujuan ashuan kebidanan kaitannya dengan penyakit adnexitis.
c.    Untuk mengetahui jenis, penyebab, patofisiologi, dan gambaran klinis dari penyakit adnexitis.
d.   Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dari penyakit adnexitis
e.    Untuk mengetahui deteksi dini dari penyakit adnexitis
f.     Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit adnexitis
g.    Untuk mengetahui masalah yang timbul kaitannya dengan penyakit adnexitis.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita, timbulnya rasa nyeri pada daerah panggul wanita yang berada di daerah tuba falopi sampai ovarium.Rasa nyeri tersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan peradangan di struktur tuba falopi dan sekitarnya, bahkan sampai ovarium (indung telur).

B.  Tujuan Asuhan Kebidanan
Dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap kasus Adnexitis, ada beberapa tujuan yang harus dicapai, antara lain :
1.      Mengaplikasikan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien dengan penyakit adnexitis.
2.      Memberikan asuhan kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang sedang dialami oleh kilen.
3.      Memberikan pelayanan kebidanan yang dapat membantu proses pemulihan penyakit klien, dalam hal ini penyakit adnexitis.

C.  Jenis Adnexitis
Penyakit adnexitis atau salpingo ooporitis terbagi atas :
1.    Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa.Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu.Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping.Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative.Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).

2.    Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a.    Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis.Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba.Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok.Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.    Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah.Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya.Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.    Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d.   Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).


e.    Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
A.  Penyebab Adnexitis
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalahBaktery Gonorrhea dan Bakteri Chlmydia

B.  Patofisiologi
1.    Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2.    Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3.    Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).

C.  Gambaran klinis
1.  Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).

SAP KB Pasangan Usia Subur


SATUAN ACUAN PENYULUHAN
KB PADA PASANGAN USIA SUBUR

Pokok Bahasan   : Keluarga Berencana
Sub Bahasan
       : KB
Penyuluh
             : Mahasiswa Jurusan Kebidanan STIKES Bina Bangsa Majene
Hari Tanggal
       : kamis, 12 april 2012
Waktu
                : jam 09.00 WIB
Tempat               : Posyandu Delima katumbangan Lemo
Sasaran              : pasangan usia subur

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Ibu mengetahui macam-macam metode kontrasepsi yang dapat digunakan pasangan usia subur.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Ibu mengetahui pengertian KB
2. Ibu mengetahui manfaat KB
3. Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi

C. STRATEGI
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi.

D. MEDIA
1. Leaflet.
2. Alat-alat kontrasepsi (mini pil, suntikan KB)

KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

1.      PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah merupakan suatu perencanaan kehamilan yang diinginkan untuk menjadikan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dan pada hakikatnya keluarga berencana adalah upaya untuk menjarangkan kelahiran dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah melahirkan anak yang banyak. Secara tidak langsung Keluarga Berencana dapat menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. (DEPKES RI 1996)

2.      MANFAAT KELUARGA BERENCANA
a.      Perbaikan kesehatan badan ibu
b.      adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak – anak, beristirahat, menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan – kegiatan lain.
c.       Perkembangan fisik, mental, dan sosial anak lebih sempurna
d.      Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik

3.      MACAM – MACAM METODE KONTRASEPSI
a.      Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu. MAL sebagai kontrasepsi bila :
·         Ibu menyusui secara penuh
·         Belum haid
·         Umur bayi kurang dari 6 bulan
Cara kerja : penundaan/penekanan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi :
·         Efektifitas tinggi
·         Tidak mengganggu senggama
·         Tidak ada efek samping secara sistemik
·         Tidak memerlukan obat atau alat
·         Tanpa biaya
Keterbatasan :
·         Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
·         Tidak melindungi terhadap IMS
Cara pemakaian :
·         Bayi disusui menurut kebutuhan bayi
·         Biarkan bayi menghisap sampai bayi melepaskan sendiri hisapannya
·         Susui bayi pada malam hari, karena menyusu pada waktu malam membantu mempertahankan kecukupan kebutuhan ASI
·         Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit
·         Ketika mendapat haid pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya.

b.      Pil Oral Kontrasepsi (POK)
Cara kerja :
·         Menekan ovulasi
·         Rahim tidak bisa menerima hasil pembuahan
·         Mengentalkan lendir serviks, sehingga mengganggu transportasi sperma
Keuntungan :
·         Efektifitas tinggi, jika diminum secara rutin maka dapat mencegah kehamilan hingga 99%.
·         Kesuburan cepat kembali
·         Tidak mempengaruhi ASI
·         Dapat dihentikan setiap saat
·         Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
·         Tidak mengganggu hubungan seksual
Keterbatasan :
·         Mengganggu siklus haid
·         Peningkatan atau penurunan berat badan
·         Harus dipergunakan setiap hari
Cara pemakaian :
·         Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid
·         Diminum setiap hari pada saat yang sama
·         Bila lupa 1 atau 2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan

c.       Suntikan
keunggulan utama adalah kesederhanaan cara pemberian serta durasi kerja yang lama.
Macam – macam kontrasepsi suntikan :
·         DMPA (Depot Medroxyprogesteron Asetat) = depo provera
·         NET-EN (norethindoronroneenanthate)= noristerat
·         Kontrasepsi suntikan sekali sebulan = cycloferm

Mekanisme kerja :
·         Mencegah ovulasi
·         Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa
·         Membuat endometrium kurang baik/ layak untuk implantasi dari ovum yang dibuahi
Keuntungan :
·         Sangat efektif, mencegah kehamilan hingga 99,7%.
·         Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
·         Tidak mempengaruhi ASI
·         Sedikit efek samping
·         Dapat digunakan oleh perempuan diatas 35 tahun sampai perimenopause
·         Menurunkan kejadian jinak payudara
·         Pencegahan kehamilan jangka panjang
Efek samping :
·         Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya
·         Pertambahan berat badan
·         Perdarahan tidak teratur
·         Nyeri payudara, rambut rontok, jerawat
Cara pemakaian :
·         Setiap saat selama siklus haid selama tidak hamil
·         Disarankan untuk mulai menggunakan kontrasepsi suntikan selama 5 – 7 hari pertama dari siklus haid
·         Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
d.      Implant (AKBK = Alat kontrasepsi Bawah Kulit)
Jenis implant :
·         Norplant
·         Implanon 
·         Jadena

Cara kerja :
·         Lendir serviks menjadi kental
·         Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
·         Menekan ovulasi
Keuntungan :
·         Daya guna tinggi
·         Perlindungan jangka panjang
·         Pengembangan tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan
·         Bebas dari pengaruh estrogen
·         Tidak mengganggu ASI
·         Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
·         Tidak mengganggu hubungan seksual
Keterbatasan :
·         Nyeri kepala
·         Peningkatan berat badan
·         Nyeri payudara
·         Perasaan mual
·         Membutuhkan tidakan pembedahan minor
·         Perubahan perasaan (mood)
·         Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS
·         Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi
·         Obat – obatan menurun bila menggunakan obat – obatan tuberclosis
·         Perubahan pola haid, perdarahan berkepanjangan atau spotting
·         Jerawat
cara pemakaian :
·         Setiap saat selama siklus haid, hari ke 2 sampai hari ke 7, atau 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, pasca keguguran
·         Daerah pemasangan pada lengan kiri atas (subkutan)
·         Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama (untuk mencegah infeksi pada luka insisi)
·         Balutan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)
·         Setelah luka sembuh dapat dicuci dengan tekanan yang wajar
·         Bila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam peradangan, atau rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik
·         Setelah masa pemakaian habis maka implant harus segera dilepas

a.      Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Intra Uterine Device adalah cara pencegahan kehamilan yang efektif, aman dan reversible bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan.
Terdiri dari 2 jenis, mengandung obat adalah copper T 380 A, multiload 375. AKDR tanpa obat adalah lippes loop dan cincin baja tahan karat.
Mekanisme kerja :
·         Timbulnya reaksi radang lokal yang nonspesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu
·         Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang menyebabkan terhambatnya implantasi
·         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
·         Mencegah sperma membuahi sel telur (Mencegah fertilisasi)
Keuntungan :
·         efektifitasnya tinggi 99,4%
·         metode jangka panjang 5 – 10 tahun
·         tidak mempengaruhi hubungan seksual
·         tidak ada efek samping hormonal
·         tidak mempengaruhi volume dan kualitas ASI
·         dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
·         dapat digunakan sampai menopause (1 thn atau lebih setelah haid terakhir)
·         tidak ada interaksi dengan obat –obat
Keterbatasan :
·         efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan ), haid lebih lama dan banyak, perdarahan spooting antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
·         Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan perforasi dinding uterus, perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia.
·         Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
·         Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti-ganti pasangan.
·         Memerlukan pemeriksaan pelvik
·         Sedikit nyeri dan perdarahan
·         Klien tidak dapat melepas AKDR nya sendiri
·         Mungkin AKDR bisa keluar tanpa diketahui
·         Tidak mencegah kehamilan ektopik
·         Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu
Cara Pemakaian :
·         Setiap waktu dalam siklus haid, dan dipastikan klien tidak hamil.
·         Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
·         Segera setelah melahirkan ( 4 minggu pasca persalinan ) dan setelah 6 bulan dengan metode MAL.
·         Setelah abortus ( bila tidak ada gejala infeksi )
Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
AKDR dipasang di dalam rahim.
·         Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu setelah pemasangan.
Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa benang secara rutin terutama setelah haid.
·         Segera kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid terganggu atau meleset, terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurugakan, adanya infeksi.
Setelah masa pemakaian habis, AKDR harus segera dilepas.

b.      Tubektomi
Penutupan pada tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.
                        Yang dapat menjalani tubektomi :
§  Perempuan pada usia >26 tahun
§  Perempuan dengan paritas
§  Perempuan yang yakin mempunyai keluarga besar dan sesuai dengan kehendaknya
§  Perempuan pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius
§  Perempuan pasca persalinan
§  Perempuan pasca keguguran
§  Perempuan yang paham dengan sukarela setuju dengan prosedur ini

c.       Vasectomi
Insisi kecil pada skrotum, lumen vas deferens dirusak untuk menghambat lewatnya sperma dari testis. Atau oklusi vas deferens, sehingga menghambar perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa didalam semen.
Keuntungan :
·         Efektif
·         Aman, morbiditas rendah & hampir tidak ada mortalitas
·         Sederhana, cepat, biaya murah
·         Menyenangkan bagi akseptor
·         Tidak mengganggu hormon pria dan tidak berpengaruh terhadap kemampuan atau kepuasan seksual
Indikasi :
·         Pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
Kontra indikasi :
·         Adanya kelainan lokal atau umum yang dapat menggangu sembuhnya luka operasi kelainan itu harus disembuhkan dulu.
d.      Kondom ( metode barier pada pria )
Kondom atau coitus condomatutus atau french letter Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
Cara kerja :       
·         Mengahalang terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
Manfaat :
Secara kontrasepsi :
·         Efektif mencegah kehamilan bila digunakan secara benar
·         Tidak mengganggu kesehatan klien
·         Murah dan dapat dibeli secara umum
·         Sebagai metode kontrasepsi sementara
·         Tidak memerlukan resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
·         Tidak mengganggu produksi ASI
Secara nonkontrasepsi :
·         Pria ikut secara aktif dalam program KB
·         Dapat mencegah penularan IMS
·         Mencegah ejakulasi dini
·         Tidak memerlukan pengawasan
Efek samping :
·         Kondom rusak atau diperkirakan bocor sebelum atau selama berhubungan
·         Iritasi local pada penis/adanya reaksi alergi (jarang)
·         Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
·         Iritasi vagina
Cara penggunaan :
·         Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
·         Taruh kondom diatas penis yang tegang, pencet ujung kondom, agar udara didalamnya keluar
·         Buka gulungan kondom kebawah menyarungi seluruh penis
·         Setelah keluar mani, tarik penis yang masih tegang dari vagina, sambil menahan dasar kondom, jangan ada cairan yang tumpah
·         Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman