CHANCROID
A.
Defenisi
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh
Gram-negatif streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang
ditemukan terutama di negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja
seks komersial dan klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual.
Pria yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali dibanding pria
yang disunat untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi
faktor risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya
HIV ke dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).
B.
Etiologi
Chancroid
disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Bakteri ini merupakan
bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus),
anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi
nitrit, dan berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) da 0,2 μm (lebar). Basil
seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus) pada
pewarnaan Gram.
(buku kulit merah, habif, adrew, Rook, Holmes, Filtzpatrick, Bolognia, ABC of STD, pediatric dermatology, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series, Bolognia, pediatric dermatology, tropical dermatology, Tropical dermatopathology)
(buku kulit merah, habif, adrew, Rook, Holmes, Filtzpatrick, Bolognia, ABC of STD, pediatric dermatology, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series, Bolognia, pediatric dermatology, tropical dermatology, Tropical dermatopathology)
C.
Gejala
Setelah masa inkubasi satu
hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi
borok/lesi dalam satu hari. Borok yang khas memiliki karakteristik:
·
Rentang ukuran 3-50 mm
·
Luka
lebih dari satu minggu (multiple) yang sangat nyeri, tanda radang jelas
·
Benjolan dilipatan paha sangat
sakit dan mudah pecah
·
terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas
·
ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu
kekuning-kuningan
·
jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan
kuku maka akan keluar darah.
D.
Komplikasi
1. Mixed chancre
Ulkus molle dan sifilis stadium I.
Awalnya lesinya khas ulkus molle, setelah 15 – 20 hari bermanifestasi sebagai
lesi campuran.
2. Abses kelenjar inguinal
·
Ini
juga disebut inflammatory bubo, merupakan komplikasi terbanyak.
·
Kelenjar
getah bening membesar, warna kulit di atasnya kemerahan dan berfluktuasi. Bila
abses kelenjar inguinal tidak diobati secara adekuat, abses akan pecah dan
menimbulkan sinus yang meluas menjadi ulkus dan disebut ulserasi chancroid.
Ulkus ini kemudian akan membesar yang disebut giant chancroid.
3. Balanitis, fimosis dan parafimosis
·
Merupakan
komplikasi yang serius. Terutama terjadi pada individu yang tidak disirkumsisi.
Komplikasi ini terjadi akibat ulkus molle yang mengenai prepusium.
·
Prepusium
menjadi bengkak, merah, edematous, dan sangat nyeri.
4. Fistula uretra
Kelainan
ini terjadi akibat ulkus molle yang berlokasi pada glans penis dan bersifat
destruktif. Kelainan ini menimbulkan rasa nyeri pada buang air kecil dan pada
keadaan lanjut dapat terjadi striktura uretra.
5. Fuso spirokhetosis
Kelainan
ini terjadi akibat infeksi mikroorganisme lain, sehinggaØ mengakibatkan ulkus cepat menjadi
parah & bersifat destruktif. Ini disebut phagedena. Di samping itu, lesi
terjadi bersama dengan limfogranuloma venereum maupun granuloma inguinale.
E.
Diagnosis/skrining
Diagnosa biasanya dibuat sebagai kemungkinan diagnosis
karena identifikasi terhadap haemophilus
ducrey mempunyai sensivitas buruk yang menggunakan media kultur yang saat
ini tersedia. Diagnosis kemungkinan dibuat bila kriteria berikut terpenuhi
·
Individu mempunyai 1 atau
lebih ulkus genital yang nyeri
·
Tidak ada bukti infeksi
treponema pollidium yang menggunakan pemeriksaan lapang gelap atau uji
serologik untuk sifilis.
·
Limfadenopati regional ada
ketika uji diagnostik untuk herpes simpleks negatif.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis chancroid adalah :
·
Pemeriksaan
gram (Gram stain). Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat
diperoleh dari dasar ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan basil
gram negatif, pendek, berantai, yang disebut dengan tampilan “school of fish”,
namun, H. ducreyi sulit dilihat pada apusan gram dan spesimennya sering
mengalami kontaminasi polimikrobial. Sensitivitas metode ini < 50%.
·
Metode
kultur. Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak
dapat dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media
khusus yakni media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate
agar atau Mueller-Hinton agar dibagian dasar, kemudian dibagian atasnya
ditambah dengan chocolate horse blood and isovitale X (MH-HBC). Selain itu,
pada media ini ditambahkan vancomycin hydrochlorida untuk menghambat
pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri kontaminan. Organisme ini paling baik
tumbuh pada suhu 33 oC – 35 oC dengan kelembaban tinggi. Koloni-koloninya
berwarna kuning keabu-abuan dan nonmukoid. Sensitivitas metode kultur adalah
< 80 %.
·
PCR. Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai
sensibilitas dan spesifisitas paling tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan
M-PCR (multiplex polymerase chain reaction) yang melibatkan penambahan pasangan
primer multipel ke campuan reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari
bahan lesi. PCR
dianggap merupakan tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya
mahal dan tidak tersedia secara komersil.
·
Antigen
detection assay (Immunofluorescence)
a. Deteksi antibodi monoklonal (MAb)
terhadap outer membrane protein (OMP) 29 kDa dari H. ducreyi. Metode ini
sederhana, cepat, dan sensitif tapi tidak kurang tersedia pada negara-negara
berkembang.
b. Indirect IF, dengan menggunakan MAb
terhadap lipooligosakarida (LOS) H. ducreyi, dan lebih superior dari kultur
bakteri. Ini merupakan metode yang baik yang digunakan pada populasi dengan
prevalensi chancroid yang tinggi.
·
Tes
serologis
a. Enzyme immuno assay (EIA) : Dengan
menggunakan seluruh antigen sel, LOS yang telah dimurnikan atau OMP H. ducreyi
sebagai antigen.
b. DOT Immunoblot
c. Compliment fixation test
·
Biopsi
jaringan
Biposi jaringan yang dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologis mungkin membantu dalam mendiagnosis
ulkus-ulkus atipik atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Pada pemeriksaan
histolopatologis pada ulkus menunjukkan tampilan 3 zona yang berbeda :
a. Zona A : Atau daerah superfisial
pada dasar ulkus, merupakan suatu zona sempit yang mengandung jaringan
nekrotik, fibrin, dan neutrofil.
b. Zona B : Atau daerah tengah,
merupakan zona luas yang mengandung banyak kapiler yang berproliferasi, sel-sel
plasma, dan neutrofil, beberapa pembuluh darah ini mungkin menunjukkan trombi.
c. Zona C : Atau daerah sebelah dalam,
terdiri dari pita padat yang meruipakan sel-sel plasma dan limfosit.
(buku kulit merah, Tropical
dermatology, Andrew, Pediatric dermatology, clinical dermatology, ABC of STD,
Habif, Bolognia, jurnal IJDVL, jurnal tropical medicine series).
G.
Diagnosis Banding
·
Herpes
simpleks
·
Sifilis
primer atau Ulkus durum
·
Limfogranuloma
venereum
·
Granuloma
inguinale
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dikomunitas pengobatan yang dianjurkan
untuk chancroid adalah aritromizin (1 g PO dalam dosis tunggal), meskipun
keamanan obat belum ditetapkan pada kehamilan, sebagai gantinya ceftriaxone
(250 mg IM dalam dosis tunggal) dapat digunakan. Pasien harus diperiksa 3 – 7
hari setelah pengobatan bila pengobatan berhasil harus ada tanda yang nyata.
Penatalaksanaan rujukan : Tidak ada indikasi penatalaksanaan rujukan
kesumber lain.
Implikasi
pada janin : efek penyakit pada janin tidak jelas
Implikasi pada
persalinan dan kelahiran : kecurigaan lesi yang teridentifikasi pada persalinan
dan kelahiran tanpa pengobatan mungkin merupakan infeksi. Konsultasi dengan
dokter yang terampil dalam penatalaksanaan penyakit infeksi dapat di
indikasikan dan pengobatan antibiotik dapat diresepkan.
Implikasi pada
perawatan pasca partum dan neonatus : bila tidak diobati sebelumnya ibu harus
di obati pada periode pasca partum.
I. Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi
dengan tepat dan tidak ditemukan infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk
tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna. Kontak seksual
sebaiknya diperiksa dan diterapi. Tetapi tanpa pengobatan, ulkus genital dan
abses inguinal kadang – kadang dilaporkan menetap.
J.
Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi
kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi
resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti
pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek
prostitusi.